Minggu, 19 Januari 2014

Waktu dan Pesona Kehidupan


Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukan malam kedalam siang dan memasukan siang kedalam malam dan Dia menundukan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan
[Al-Luqman: 29]
Tahukah kita, ternyata rahasia waktu begitu istimewa dalam kehidupan? Hal terdekat dalam keseharian kita seperti perbedaan letak geografis, dapat membuat eksistensi waktu menjadi begitu unik. Dengan perbedaan ini, setiap orang di berbagai belahan dunia dapat memanfaatkan waktu dengan cara yang unik pula. Sore hari, orang-orang di Inggris akan menikmati waktunya untuk minum teh bersama pasangan atau keluarga. Pada waktu yang bersamaan, di belahan bumi yang lain, tengah malam orang-orang di Jepang masih menikmati waktunya dengan berjibaku pekerjaan.
Demikian juga perbedaan letak astronomis. Setiap perbedaan 1 bujur derajat,  berbeda pula waktu kita selama 4 menit. Sehingga kita yang hampir terlelap tidur pukul 10 malam di Indonesia, dapat menerima kabar bahagia seorang sahabat dekat lewat handphone, bahwa ia dan teman-teman pertukaran pelajar dari negara lain akan menunaikan Sholat Maghrib di Saudi Arabia untuk pertama kalinya.
Kedua perbedaan ini, membuat banyak orang yang memperoleh pengalaman pertama menginjakan kaki di belahan bumi lain, merasakan pengaruh perbedaan waktu yang signifikan. Jika pembaca pernah mendengar istilah ‘jet lag’, mungkin Anda pernah tahu bahwa perbedaan persepsi waktu ini sangat kentara dirasakan oleh orang yang (pertama kali) menginjakan kaki di negara lain.
Sebagai ilustrasi. Seseorang yang naik pesawat dari Indonesia pukul 2 sore, setelah melewati 8 jam perjalanan di pesawat,  ia melihat jam yang masih dalam setting Indonesia saat itu akan menunjukan pukul 10 malam. Merasa lelah dan seharusnya sudah malam, ia  merasakan kantuk dan ingin segera tidur setibanya di negara tujuan. Tapi di negara tujuan ia justru masih merasakan sinar matahari  sore.
Hari pertama di negara tujuan dapat saja dilewati seseorang dengan mengikuti standar waktu negara asal. Namun hari-hari berikutnya, ia dan jam biologisnya akan dan harus segera menyesuaikan diri dengan standar waktu negara dimana ia berada. Ia akan tidur jika waktu di negara setempat menunjukan pukul 11 malam, dan akan bangun saat pukul 4 dini hari.
Allah yang Mahahalus ilmunya  membuat efek perbedaan waktu ini menjadi begitu ajaib! Dengan menciptakan bumi yang
hampir berbentuk bulat, membuatnya berputar pada poros dari barat ke timur, Sang Mahapengasih menerbitkan matahari untuk memberi kehidupan. Dengan ini, dalam waktu yang bersamaan manusia dan makhluk-makhluk bumi  menikmati berkah dari kehidupan dengan beragam aktifitas yang berbeda di setiap belahan bumi. Begitulah rahasia waktu merangkai pesona kehidupan, dengannya manusia bisa mengambil pelajaran yang tak berbatas.
Pada pembaca Selembar Madani, saya ingin berbagi sebuah temuan menarik dari penelitian Yong-Soon Kang, Paul Herr, dan Christine Page dalam jurnal ‘Time and Distance: Asymmetries in Consumer Trip Knowledge and Judgments’. Tiga peneliti ini menemukan bahwa ternyata informasi mengenai jarak tempuh waktu lebih dapat tersedia dalam ingatan dibandingkan dengan jarak tempuh kilometer pada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Contoh yang sangat Indonesia adalah, orang akan lebih mudah mengingat 4 jam jarak tempuh waktu Jakarta – Bandung  dibandingkan dengan 170 KM jarak tempuh kilometer ibukota dengan kota kembang ini. Hal tersebut disebabkan karena orang-orang menjadi lebih aware sadar dan mendapat insight bahwa waktu merupakan dimensi penting dalam perjalanan (kehidupan).
Dalam salah satu tulisannya, Anis Matta (2008) juga bercerita mengenai sebuah riset kecil yang dilakukan pada buruh-buruh Aljazair di Perancis. Riset kecil ini menunjukan bahwa setelah bertahun-tahun, wajah-wajah buruh yang didatangkan dari Aljazair menjadi tampak lebih baik dan lebih indah. Sentuhan peradaban telah meninggalkan goresan keindahan pada sorot mata dan garis-garis wajah mereka. Diceritakan pula dalam tulisan, saat tersenyum wajah mereka menjadi tampak lebih renyah, lebih terbuka, dan lebih mampu menyatakan isi jiwa mereka.
Peneliti menemukan bahwa penampilan mereka kini jauh lebih bagus. Ia bertutur: kami selalu memotret wajah mereka lebih indah setiap kali pengetahuan dan kemampuan membaca mereka bertambah. Pesona pengetahuan membuat mereka berkembang dan lebih berdaya, membuat buruh-buruh yang tinggal di Perancis ini menjadi tampak lebih indah dari waktu ke waktu. Ya! Kata kuncinya adalah waktu. Waktu yang kemudian bertemu dengan peradaban, kesempatan dan kemauan yang baik. Mereka mempergunakan waktu untuk memperoleh pengetahuan. Memperoleh keberdayaan dan kemahiran tertentu yang mereka pergunakan dalam kehidupan.
Waktu menjadi semakin unik ketika dikaitkan dengan perbuatan baik manusia. Pernahkah terlintas dalam benak kita mengenai motif  seorang mahasiswa(i) yang merasakan nikmat dan aliran kebahagiaan ketika menghabiskan sebagian waktunya dalam pengembangan komunitas keluarga dan anak-anak di lingkungan sekitar, kegiatan penanganan trauma bencana, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan mahasiswa, dan segala bentuk upaya  membantu dan meringankan beban kehidupan orang-orang di sekitar? Tidakkah ini membuatnya merasa lelah, karena ia justru harus berkorban waktu lagi
untuk misalnya begadang semalaman, mengejar tugas-tugas perkuliahan?
Menarik sekali. Psychology of Giving menjelaskan bahwa pengorbanan waktu dan perilaku memberi ini membawa pengaruh positif pada pelakunya, selain kepada orang lain. Hal ini memberikan penjelasan atas pertanyaan ‘Why Do People Give?’, dengan temuan bahwa seseorang yang memberikan  waktunya untuk melakukan kebaikan-kebaikan pada orang lain cenderung memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih baik. Mereka lebih dapat mempersepsikan  kebahagiaan dan kepuasan hidup dengan lebih baik. Dan secara timbal balik, mereka yang memiliki kesejahteraan psikologis yang baik akan memberikan lebih banyak waktu untuk melakukan kebaikan-kebaikan pada orang lain.
Tak heran orang Inggris menyebut waktu hari ini sebagai present (hadiah). Menarik mengapa mereka memberikan sebutan present untuk waktu saat ini. Konon mereka menyebut waktu hari ini adalah sebagai sebuah hadiah (present), karena bagi mereka waktu hari ini adalah  pemberian sekaligus sebuah kejutan dari Sang Mahakuasa waktu. Ketika bungkusnya masih rapi tertutup, maka mereka harus mencoba untuk membuka bungkus dari hadiah tersebut dengan berjuang, berpikir, bergerak, dan melakukan semua hal yang terbaik.
Dalam Al-Waqtu fii Hayat Al-Muslim (Waktu dalam kehidupan Muslim) Dr. Yusuf Qar-dhawi menulis tiga karakter waktu. Pertama, berlalunya waktu sangat cepat. Oleh Karena itu, seorang muslim perlu menata aktifitas dengan amal sholeh. Kedua, waktu Visi Media.
tidak akan pernah kembali, ia hanya akan menjadi dua kemungkinan: menjadi kenangan indah atau menjadi sebuah penyesalan. Ketiga, waktu adalah milik manusia yang amat bernilai. Merugilah orang yang melewatinya tanpa amal sholeh.
Sejatinya, hak waktu yang kita miliki terbagi menjadi waktu untuk Allah dan waktu untuk diri-sendiri. Dalam konteks ibadah kita kepada Allah, diantara dua hak waktu ini terdapat pula penghubung diantara, yaitu  waktu untuk orang lain. Jika sulit menghadirkan bayangan ‘orang lain’ dalam tulisan ini, mari hadirkan bayangan orang-orang terdekat kita: Ibu, Ayah, Kakak, Adik, Sahabat-sahabat terbaik kita, orang-orang yang sangat dekat dengan kita.
Dalam perspektif penulis, relasi waktu dalam kaitannya dengan hak untuk orang terdekat, telah dirangkum dalam lima tulisan Anis Matta (2008): Indahnya Memberi, Seni Memperhatikan, Semangat Penumbuhan, Merawat dengan Kebajikan, Melindungi dengan Keberanian, dan Aura Kehidupan. Dalam lima tulisan ini, ia menjelaskan peran dan eksistensi diri kita dalam kehidupan orang-orang terdekat.
Indahnya Memberi. Untuk orang-orang terdekat, memberi menurutnya menjadi bagian dari pekerjaan kita.   Yaitu memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang terdekat untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karena pemberian kita. Keberadaan kita dapat menjadi air dan matahari bagi mereka. Dengan ini, orang-orang terdekat dapat tumbuh dan berkembang dengan siraman air kita, mereka besar dan berbuah dari sinar cahaya kita.
Seni Memperhatikan. Pemberian pertama kita pada orang-orang terdekat atas
waktu kita, menurutnya adalah perhatian. Perhatian ini lahir dari hati kita, dari keinginan yang tulus memberikan apa saja yang diperlukan orang lain menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya. Untuk melakukan pemberian jiwa ini, maka orang-orang yang berhasil memberi  perhatian hanya mereka yang mampu keluar dari dalam dirinya dan terbebas secara psikologis, independen secara emosional, dan tidak menuntut banyak perhatian orang lain.
Semangat Penumbuhan. Menurutnya, inilah yang dapat menjelaskan mengapa kehadiran kita atau orang lain dapat merubah kehidupan orang-orang terdekat menjadi lebih bernilai, lebih bermakna. Penumbuhan ini berarti melakukan tindakan-tindakan nyata agar orang lain dapat bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Kehadiran kita dapat menginspirasi orang lain meraih kehidupan yang paling bermutu yang dapat ia raih berdasarkan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Merawat dengan Kebajikan. Hubungan  yang mendalam dengan orang-orang terdekat  menurutnya, hanya berkesinambungan ketika mengalami perbaikan terus-menerus. Sehingga diri kita dan orang-orang terdekat dapat terus bertumbuh dengan baik. Tetapi pertumbuhan ini tidak akan jadi permanen tanpa perawatan yang permanen pula. Oleh karena itu, pertumbuhan yang dilakukan dengan memfasilitasi proses pembelajaran, perlu penyempurnaan berupa perawatan dengan sentuhan kebajikan pada orang-orang terdekat. Sehingga, jika pertumbuhan mampu memberikan dinamisasi kehidupan, maka perawatan akan mampu memberi kekuatan psikologis pada orang-orang terdekat dalam menjalani dinamika pertumbuhan tersebut.
Melindungi dengan Keberanian. Hak yang satu ini membuat orang-orang terdekat merasa aman di dekat kita. Tidak hanya secara fisik tapi juga psikologis, moral, bahkan finansial. Saat kita sudah melakukan pekerjaan memberi, menjadi pemerhati serius bagi orang-orang terdekat,  melakukan kerja-kerja penumbuhan, merawat dengan kebajikan, maka penyempurnanya yaitu dengan dengan melindunginya: melindungi jiwanya, melindungi raganya, melindungi masa depannya.
Aura Kehidupan. Dengan empat hal diatas, yang tindakan utamanya adalah memberi, memperhatikan, menumbuhkan, dan melindungi orang-orang terdekat maka tanggungjawab besar atas eksistensi kita selanjutnya adalah menciptakan kehidupan yang lebih baik. Dengan ini, dengan aura kehidupan yang kita miliki, orang-orang terdekat dapat merasakan denyut nadi kehidupan, merasakan hamparan indah kehidupan, merasakan alasan tentang mengapa mereka hidup dan melanjutkan hidup, merasakan alasan untuk bertumbuh demi merakit pemaknaan tiada henti terhadap kehidupan. Ya!   Intinya membuat orang-orang di sekeliling merasakan sensasi dan pemaknaan atas hidup.
Sampai disini, bersama dengan paparan-paparan diatas, penulis hanya ingin menemani dan mengantarkan pembaca Selembar Madani pada sebuah renungan sederhana: Bahwa dalam waktu-waktu yang kita miliki, dalam setiap kesempatan yang kita punyai,  sudahkah kita mempertemukan pesona kita dan pesona orang-orang terdekat untuk  menjadikannya sebuah pesona kehidupan? Dalam bahasa yang lain—adaptasi bahasa Iqbal Sang Filosof dunia: sudahkah nafas kita meniup  kuncup orang-orang terdekat menjadi bunga?
Dan mengakhirinya dengan sebuah doa.  Semoga kita semua menjadi orang-orang yang beruntung: orang-orang yang dengan amal terbaiknya, menggunakan waktu dan kesempatannya untuk menciptakan pesona kehidupan yang lebih baik.
Seorang hamba tidak akan berpindah tempatnya sebelum ditanya empat perkara; tentang umurnya dengan apa dilalui, tentang ilmunya apa yang telah dilakukannya, tentang hartanya darimana ia dapat dan kemana ia nafkahkan dan tentang fisik-nya bagaimana ia gunakan (HR. Turmudzi)
MUHAMMAD ALFIKRI
JAKARTA, 16DESEMBER 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DARI MASA KE MASA

Random Post

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. fikri safir - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger